Dulu di 2014 Jokowi menang dengan berkiblat dengan cara pemenangan Obama. Dari strategi viral. run down acara, gesture, janji program, target audience hingga muka juga dibuat semirip mungkin. Hasilnya menang!

Butuh waktu karena melalui proses branding, cara tersebut sepertinya kurang efektif lagi.

Seperti kita tau demokrat kalah di pemilu Amrik dengan kemenangan pada pihak Trump beberapa bulan lalu. Diluar dugaan memang. Tidak disengaja? Tunggu dulu. Lalu apa yang dia mainkan?

Supremasi ideologi. Dengan tema bangkitlah kulit putih.

Suatu Set Keyakinan


Ideologi sendiri adalah suatu set keyakinan normatif seseorang secara sadar dan secara bawah sadar. Jika seseorang memiliki keyakinan yang sama dengan beberapa orang lainnya maka disitulah letak politiknya.

Ideologi yang paling dasar adalah agama yang kita anut. Walau beberapa kalangan tidak mau agama disamakan dengan ideologi tapi menurut saya sangat tidak bisa dipisahkan.

Berbeda dengan ideologi partai-partai yang berbau demokrasi. Ideologi dengan tema keyakinan paling dasar yaitu agama dan ras sangat mudah masuk pada golongan tertentu, karena agama bagi mereka lebih ke arah harga mati perjuangan bukan lagi tuntunan hidup. Partai demokrasi? Jelas jauh.

Exploit

Beberapa politikus mengerti hal itu, maka cara satu-satunya menembus celah itu adalah meletakan dasar dasar supremasi. Kita kulit putih, kita kasta tertinggi, jika anda kulit putih maka harus bla bla bla. Atau kita agama tuhan, kitalah yang paling benar, jika anda agama tuhan maka harus bla bla bla.

"Lebih baik mati pulang nama daripada gagal dalam tugas"
Bahaya? Belum pasti, karena budaya dan geografis setiap wilayah tentu berbeda. Jika anda Korea Utara atau Rusia sah-sah saja dan hanya dengan cara itulah mereka terhindar dari kehancuran. Lalu contoh lainnya Tentara Nasional Indonesia, mereka memiliki ideologi kebangsaan yang kuat, itulah mengapa mereka ditempa sangat keras diawal pendidikan agar ideologi-ideologi kebangsaan terpaku di mindset mereka dengan mudah. Lebih baik mati pulang nama daripada gagal dalam tugas. Yang pasti, supremasi ideologi itu membunuh keberagaman. Pernah melihat tentara tempur indonesia gondrong? belum kan, karena pasti seragam.

Di pilkada kemarin tentu kita tahu agama digoreng sedemikian rupa karena kondisi dan audiencenya comply dengan taktik supremasi ideologi ini. Cocok! Karena untuk sebagian orang mereka tidak berfikir panjang untuk menggadaikan nasionalisme dengan keyakinan agamanya. Seperti disebut diatas agama lebih core levelnya dibandingkan kenegaraan seseorang, itu pilihan jika anda bukan tentara. Tidak salah namanya juga taktik.

Panci Presto

Bisa dikatakan pada pilkada Ahok vs Anies kemarin, tinggal sedikit lagi kita sampai ke boiling point. Ada baiknya memang pihak sebelah kalah, karena hanya akan meledakkan panci presto saja jika sampai menang. Dan hal itu adalah kemunduran.

Kedepannya kita tentu tidak ingin hal ini terjadi di pilpress mendatang. Walau dengan berat hati, belajar dari tahun ini para elit politik kecil kemungkinan mencalonkan lagi kandidat dari kalangan minoritas. Taktik harus berubah atau mati semua.