Sudah lama tidak menulis di blog ini. Bukan, bukan saya meninggalkan kegiatan menulis saya. Namun saja saya akhir akhir ini saya lebih banyak menulis di blog saya yang lain yang tentu tidak berkaitan dengan lika-liku hidup saya.

Banyak hal yang perlu diceritakan dari terbang cross country, bisnis e-commerce saya yang cenderung menurun, menjadi konsultan untuk pelatihan bisnis konveksi dan tentu saja hal yang paling penting adalah pengalaman istri menjalani operasi tuba falopi.

This is a major big step

Untuk sebagian besar orang hal tersebut menjadi momok serius, apalagi untuk pasangan yang sangat mendambakan buah hati. Operasi ini merupakan rangkaian treatment yang harus kami jalani untuk memperbesar kemungkinan hamil dengan alami atau IVF.

Kok baru cerita sekarang? yap karena memang kejadian tersebut baru saja kami lewati. Keputusan ini awalnya sangat lama kami pikirkan, kami memutuskan hal tersebut disamping masalah biaya yang "cukup" menguras yang paling membuat kami sangat berat memikirkannya adalah menghilangkan sesuatu di tubuh, dari ada disitu menjadi tidak ada disitu.

Entah angin apa di hari sabtu penghujung bulan juli itu kami bertengkar hebat, sangat hebat. Sampai macam drama korea saja istri mendadak keluar dari mobil di depan pasar Cicadas. Ujung pertengkarannya bisa anda tebak, sudah pasti tentang hamil-hamilan. Bagi kaum perempuan hal tersebut sangatlah menguras emosi. Setelah menemani istri berjalan sepanjang jalan Cicadas, mencoba tenang dan berfikir, maka kami sepakat hari itu juga apapun yang terjadi kami akan menjalani operasi pengangkatan tuba falopi menggunakan metode laparoskopi.

Laparoskopi dr. Tono Djuwantono, SpOg

Bukan tanpa periapan informasi kami mengambil keputusan itu, kami sudah mengantongi beberapa nama dokter. Namun entah kenapa dr. Tono dari RS Limijati-lah pilihan kami. Kebetulan sekali dr. Tono hari itu available operasi di RS Grha Bunda yang notabene sangat dekat dengan apartment kami.

Daftar admininstrasi, isi data diri, lalu bayar deposit (Rp 10.000.000 dari 26.000.000) kami langsung dijadwalkan operasi pada malam hari pukul 21:00 WIB. Kaget kan? kami juga kaget ternyata dokter bisa lembur juga kejar deadline. Oh iya, sebelumnya istri menjalani beberapa tes laboratorium dan rontgen toraks.

Akhirnya waktu menunjukan pukul 20:30. Istri ganti baju operasi, lalu air mata mulai merembes di ujung kelopak mata. Saya tidak tahu tapi saya sedih sekali waktu itu. I know my wife for almost 14 years, jadi saya tahu dia juga sangat ketakutan. Namun apadaya inilah yang harus kami lewati, so be it..

30 menit setelah istri masuk saya pun dipanggil masuk ke dalam ruang operasi, saya dipersilahkan mengganti pakaian terlebih dahulu lalu dr Tono menjelaskan satu-satu kondisi istri saya. Saya dapat melihat dengan jelas ketika rahim istri saya dibongkar, tuba falopi sebelah kiri yang bermasalah, beberapa miom yang dibersihkan, liver dan beberapa perlengketan. Yap betul bapak-bapak ibu-ibu, siaran langsung di meja operasi!

Setelah agak geliyengan sendiri di meja operasi karena onderdil istri saya terpapar langsung ke mata saya, dokter mempersilahkan saya duduk dan menjelaskan sebentar dengan beberapa alat yang masih beliau genggam.

"Sepertinya istri kamu suka yoga ya?"

"Iya dok, rajin dia yoga-nya" dengan keadaan masih bingung, the fuck beliau tau istri suka yoga.

"Bagus ini soalnya kista-nya tersentralisasi karena daya tahan dan pola hidup yang bagus dari istri kamu"

"Kayaknya ini ga perlu diangkat deh tuba sebelah kiri-nya kita coba perbaiki saja"

Seketika juga air mata saya langsung menetes, ternyata Allah masih berbaik hati dengan kami tidak ada bagian dari istri yang diambil keluar.

Pemulihan Paska Laparoskopi

Setelah 1 jam berada di ruang operasi, istri keluar dengan perut yang sudah dijahit dan sedikit sadar. Sebelumnya saya sudah memberi tahu istri bahwa hal paling tidak enak ketika di bius total adalah "BASIAN"-nya. Kepala pusing, mual, dingin persis seperti orang sakaw.

Dan benar saja istri mengalaminya, air mata terus menetes karena ketakutan dan kedinginan. Tapi saya tahu memang seperti itulah basian bius total.

Keesokan hari-nya dr. Tono visit ke bangsal kami. Dokter mengatakan bahwa operasi tadi malam berjalan sukses, seminggu kontrol lagi untuk cabut perban, dan kemungkinan ada nifas karena istri saya sekalian di kuret.

Sampai tulisan ini di-tulis istri dan saya masih bermalas-malasan di apartmet menunggu kontrol pertama kami hari sabtu besok, Kami nikmati saja dulu masa pemulihan ini dengan cerutu, kopi dan DVD player..