Seperti janji saya tulisan ini adalah update dari tulisan saya sebelumnya yang bisa kamu baca di sini.
Apesnya besoknya saya harus sudah ada di bandara! Satu dua hari saya menunggu giliran terbang, ternyata istri sudah tidak kuat lagi menahan sakitnya, katanya perut kaya ditusuk-tusuk, badan panas tinggi dan bahkan untuk jalan ke toilet beraaat sekali. OK, saya putuskan saya izin ke captain saya dan pulang sebentar ke Bandung. Hari jumat, sabtu minggu saya balik ke bandung, dan senin balik lagi ke pangandaran. Begitu juga jumat minggu depannya. So in two weeks saya pulang pergi Pangan Bandung hampir 2 kali yang kira kira one tripnya sekitar 9 jam, belum lagi dimaki-maki sama captain diatas, so acually im super tired! Okelah capek, tapi ya mau ga mau, siap ga siap laki-laki harus bertanggung jawab atas semua keputusan yang sudah diambil.
Saya dan istri lumayan shock karena kemarin-kemarin tidak ada kista kok sekarang ada? lumayan besar lagi 5x3 cm. Dokter pun tidak banyak berbicara, apa karena beliau tidak bisa menjelaskan, atau beliau tidak yakin atau beliau takut membuat kita makin khawatir i have no idea. Yang pasti beliau memberikan lagi obat antibiotik yang mahalnya naudzubilah himinzalik untuk 10 harian.
Saya pernah sepakat dengan istri untuk tidak buru-buru mengambil kesimpulan dari 1 dokter, so kami pergi lagi ke dokter di RS Limijati di Jl. Riau Bandung untuk mendapatkan second opinion. Lucunya, karena kami datang sudah terlalu malam maka hanya ada 1 dokter yang bisa kami kunjungi yaitu Dr Wiryawan. Dokter konsul kami yang pertama dan jujur kita kurang puas dengan beliau. Jangan tanya gimana malesnya kami pada awalnya, tapi cuek ajalah pikir saya. Tidak mau kejadian lalu terulang, saya mau cerewet secerewet-nya dengan Dr Wiryawan.
Namun memang hidup ini susah dimengerti, begitu kami masuk beliau baik sekali. Saya bertanya sebanyak-banyak umat dan beliau selalu menjawab dengan sabar. Anehnya beliau tidak menemukan kista dan beliau mempersilahkan kami untuk langsung go saja. Dan makin anehnya lagi dokter tersebut tidak memungut bayaran ke kami, cuma disuruh bayar uang administrasi RS sebesar Rp 20.000,- dengan alasan rekan sejawat. WTF!! in a good way..
Walau saya sudah puasa beberapa bulan, namun seperti-nya kami memilih untuk bersabar sebentar lagi demi hasil yang terbaik. Lebih baik mencegah daripada mengobati, literally
Pertama, Infeksi Pasca Tes HSG
Ok, i will make this short. For the past few weeks saya agak sedikit bingung sebenernya. Pertama karena istri saya selama 7 hari setelah tes HSG mengalami infeksi ovarium. Menurut dokter hal ini bisa terjadi yaa sekitar 50:50 pada wanita yang baru saja mengalami tes HSG. Hal ini terjadi tepat beberapa jam setelah tes HSG dilaksanakan. Jam 21:00 malam di terminal cicaheum lebih tepatnya, saya ingat karena hari itu juga saya harus berangkat untuk latihan terbang di Pangandaran.Apesnya besoknya saya harus sudah ada di bandara! Satu dua hari saya menunggu giliran terbang, ternyata istri sudah tidak kuat lagi menahan sakitnya, katanya perut kaya ditusuk-tusuk, badan panas tinggi dan bahkan untuk jalan ke toilet beraaat sekali. OK, saya putuskan saya izin ke captain saya dan pulang sebentar ke Bandung. Hari jumat, sabtu minggu saya balik ke bandung, dan senin balik lagi ke pangandaran. Begitu juga jumat minggu depannya. So in two weeks saya pulang pergi Pangan Bandung hampir 2 kali yang kira kira one tripnya sekitar 9 jam, belum lagi dimaki-maki sama captain diatas, so acually im super tired! Okelah capek, tapi ya mau ga mau, siap ga siap laki-laki harus bertanggung jawab atas semua keputusan yang sudah diambil.
Kedua, Pra Hidrotubasi dan Kista
Ternyata masalah belum selesai sampai disitu. Kedua, setelah diberikan resep antibiotik dan painkiller dari dokter kandungan kami di Bandung yang harus dimasukan lewat anus, istri saya membaik dan dapat beraktifitas dengan normal kembali, namun sayang dokter belum bisa melaksanakan tes hidrotubasi karena beliau menemukan ada kista di tempat infeksi kemarin.Saya dan istri lumayan shock karena kemarin-kemarin tidak ada kista kok sekarang ada? lumayan besar lagi 5x3 cm. Dokter pun tidak banyak berbicara, apa karena beliau tidak bisa menjelaskan, atau beliau tidak yakin atau beliau takut membuat kita makin khawatir i have no idea. Yang pasti beliau memberikan lagi obat antibiotik yang mahalnya naudzubilah himinzalik untuk 10 harian.
Saya pernah sepakat dengan istri untuk tidak buru-buru mengambil kesimpulan dari 1 dokter, so kami pergi lagi ke dokter di RS Limijati di Jl. Riau Bandung untuk mendapatkan second opinion. Lucunya, karena kami datang sudah terlalu malam maka hanya ada 1 dokter yang bisa kami kunjungi yaitu Dr Wiryawan. Dokter konsul kami yang pertama dan jujur kita kurang puas dengan beliau. Jangan tanya gimana malesnya kami pada awalnya, tapi cuek ajalah pikir saya. Tidak mau kejadian lalu terulang, saya mau cerewet secerewet-nya dengan Dr Wiryawan.
Namun memang hidup ini susah dimengerti, begitu kami masuk beliau baik sekali. Saya bertanya sebanyak-banyak umat dan beliau selalu menjawab dengan sabar. Anehnya beliau tidak menemukan kista dan beliau mempersilahkan kami untuk langsung go saja. Dan makin anehnya lagi dokter tersebut tidak memungut bayaran ke kami, cuma disuruh bayar uang administrasi RS sebesar Rp 20.000,- dengan alasan rekan sejawat. WTF!! in a good way..
Ketiga, Menuggu Lagi
Long story short, kami berdua pada posisi ga jelas. Satu dokter yang pernah berjasa dengan istri saya mengatakan ada kista and we should wait. Satu dokter mengatakan go ahead.Walau saya sudah puasa beberapa bulan, namun seperti-nya kami memilih untuk bersabar sebentar lagi demi hasil yang terbaik. Lebih baik mencegah daripada mengobati, literally
Post a Comment