DISCLAIMER: Ini adalah tulisan dari pertanyaan di Quora yang saya jawab untuk bahan perenungan kita semua, sebagai orangtua tanpa bermaksud riya, dalam ikhtiar menyiapkan kehidupan untuk anak-anak kita kelak.
Saya mau menjawab tepat sasaran saja, tanpa embel-embel kaya yang penting bersyukur or whatever saya juga tidak mau bertele-tele sebagai anonim agar teman-teman mendapatkan gambaran dengan objective, dan mendapatkan sesuatu untuk mempersiapkan kehidupan di masa mendatang.
Menurut data terbaru pendapatan per kapita Indonesia tahun 2019 adalah 59 juta rupiah/tahun. Pendapatan keluarga saya ketika saya berumur 21 tahun di tahun 2008 adalah 40 juta rupiah/bulan dengan komposisi Almarhum Ayah bekerja di sektor energi dan Ibu Bekerja di sektor pemerintahan. Dengan asumsi tingkat pedapatan perkapita tahun 2008 sangat jauh dengan data diatas (mungkin bisa setengahnya) maka saat itu saya dikatakan mampu atau kaya.
Disamping kemampuan keluarga kami yang dikatakan mampu, karena orang tua kami pun tidak bercerai dan masih bersama hingga akhir hayat Ayah saya, maka keluarga kami masuk kategori mampu dan utuh.
Lalu apa rasanya? TL;DR-nya Mudah.
Kemudahan Akses PendidikanKemudahan dalam memperoleh pendidikan dan akses yang mungkin tidak bisa dirasakan oleh sejumlah orang, dengan kondisi keuangan kami. Kakak saya (anak pertama) dapat menyeselasikan sekolah pendidikan kedokteran gigi spesialis ortodonti. Saya dapat menyelesaiakan sarjana ilmu komputer dan pendidikan pilot double degree. Dan adik saya juga dapat menyelesaiakan sarjana ilmu komputer dan pendidikan pilot juga sama double degree perbedaannya dia sekolah di Luar Indonesia.
Sosial Pertemanan dan Network
Tidak bisa dipungkiri tingkat sosial kami-pun terseleksi dengan sendirinya, kami berteman dengan golongan yang setidaknya sama, sedikit lebih rendah atau lebih tinggi. Seleksi tersebut terjadi karena kami tinggal di lingkungan komplek menengah keatas dan bersekolah di tempat favorit di kota kami.
Kebutuhan Harian dan Penunjang
Kami tidak pernah sedikitpun merasa kekurangan dari sisi pangan dan papan. Untuk kebutuhan sekunder seperti transportasi pun kami mendapatkan kemudahan yang jauh dari kata kurang, sebagai contoh setiap anak diberikan moda transportasi ketika berumur 21 tahun baik roda empat dan roda dua. Jadi saya mendapatkan 1 mobil dan motor, begitu juga adik saya mendapatkan mobil dan motor. Khusus untuk kakak saya hanya mobil karena dia perempuan. Tentu itu memudahkan kami dalam beraktivitas.
Kondisi Saat Ini
Ayah saya sudah meninggal karena demam berdaarah. Ibu saya sudah pensiun dan sehat. Setiap anak sudah berkeluarga. Kakak saya menikah dan bekerja memiliki suami dokter spesialis jantung dan memiliki 2 orang anak. Saya menikah bekerja memiliki istri dokter spesialis dan anak 1. Adik saya seorang pilot memiliki istri bekerja di sektor energi dan memiliki 1 orang anak.Apakah Kami Bahagia
Saya tidak bisa menjawab secara personal dari masing masing hati keluarga kami, namun saya pribadi bahagia baik dulu maupun saat ini.
Kesimpulan Atas Jabaran
Dari jabaran poin diatas tanpa bermaksud riya dan pamer, karena tentu masih banyak yang lebih kaya dari keluarga kami namun kita bisa menarik kesimpulan bahwa ada yang salah di kehidupan kita secara general. Menurut riset berpindahnya kehidupan keluarga dari miskin ke kaya itu sangat sulit sekali terjadi karena ketidakseimabangan poin-poin diatas.
Dengan itu mengapa orang di dunia ini yang kaya cenderung akan semakin kaya dan yang tidak mampu sangat besar kemungkinannya untuk semakin terpuruk. Maka dari itu kita harus selalu mempertanyakan keadilah sosial bagi seluruh rakyat Indonesia kapan terlaksana.
Lalu bagaimana mengatasinya?
Penyamarataaan di sektor kesehatan, pendidikan, dan akses penunjang seperti transportasi (bukan satu orang dkasi 1 mobil, namun transportasi publik yang lebih baik). Jika pemerintah dapat menyamaratakan akses sosial tersebut dan rakyat mendapatkan kemudahannya, maka akan terjadi kesehatan hubungan keluarga dan antar sosial yang juga baik, ini yang terpenting.
"Jika hubungan antar keluarga dan antar sosial baik maka akan membawa ke state mental yang baik, yang juga membawa setiap individu menjadi semakin produktif."Dengan setiap individu fokus akan produktifitasnya maka diaharapkan dapat membawa lebih banyak value baik materi ataupun jasmani yang berdampak langsung di kehidupan mereka.
Tentu saya bersyukur apa yang sudah saya dapat selama 34 tahun saya hidup di dunia, saya hanya salah satu anak yang beruntung mendapatkan kemudahan tersebut. Akhir kata, semoga kita semua dilimpahkan lebih banyak rizki dan memiliki kehidupan yang lebih baik, Amin Amin Ya Rabbal Alamin.
P.S: Ayah saya berasal dari keluarga yang kurang mampu namun karena memiliki hubungan intra keluarga dan sosial yang baik dan memilih pasangan hidup yang baik dan mendukung maka ayah saya dapat keluar dari jerat kemiskinan.